Sebuah kiriman dibagikan oleh Adnan (@adnanfajr) pada


Atas restu Allah, Wahana Juang mempertemukan dan menyatukan kita. Sungguh rencana-Nya yang satu ini terasa spesial untukku, mulai dari waktunya yang ada di tahun terakhir perkuliahan, dan anugerah atas orang-orang yang ada di dalamnya.

Lagi, aku dipercayakan sebuah amanah di BEM ITS, kali ini oleh Arga. Sejak awal padahal aku bukan TSK (Tim Sukses Kampanye) dari Calon Presiden BEM ITS nomor 1 ataupun nomor 2, sengaja aku lakukan agar Kementerian Kominfo era BEM ITS Berani sebelumnya tetap berjalan sebagaimana mestinya.

Sejujurnya “panggilan” dari si Arga udah aku tunggu sejak dia terpilih jadi Presiden BEM ITS 2016/2017. Bukan karena terlalu pede, tapi ada rasa optimis aja (haha). Sampai si Aul bilang kalau ngajak Adnan jadi Menteri itu gampang banget, tinggal dipanggil sekali langsung jadi. Bener banget Aul, karena aku sudah mempersiapkan tenaga dan fikiran dari jauh-jauh hari untuk mengemban amanah dalam membangun Kementerian Kominfo yang InsyaAllah lebih baik.

Sebagai “orang baru” dalam lingkup Wahana Juang rasanya agak canggung karena aku bukan termasuk TSK. Bagaimana tidak, beberapa orang yang aku tau sebagai pentolan di tiap Himpunan Mahasiswa Jurusannya, sudah menempati posisi sebagai Menko dan Menteri di dalam kabinet. Apalah aku yang bukan apa-apa, gak se-sangar mereka. Namun seiring berjalannya waktu ternyata tidak susah untuk “menyatukan warna” di dalam kabinet. Sejauh yang kurasakan, hampir selalu ada momen untukku merasa bahwa, “Ini lingkungan yang baik untukku mengembangkan diri”.

Ombak di lautan tidak selalu tenang, pasti akan ada saatnya badai menerjang. Begitupun perjalanan BEM ITS Wahana Juang sampai detik ini, meskipun perjalanannya belum berhenti. Memang sejak awal Arga sudah berpesan kalau jalan yang akan kita lalui ini tidaklah mudah. Beberapa masalah datang menghampiri. Ujian-ujian pun berdatangan untuk menguatkan kami. Hingga ada yang menyebabkan pergantian orang dalam struktur kabinet.

Kami di kabinet punya peran masing-masing. Arga sebagai nahkoda kapal, mengarahkan seluruh anggotanya agar berlayar sebagaimana tugas dan tanggung jawabnya sebagai Presiden BEM ITS. Dia selalu pamer tentang fans-fansnya yang berhamburan di KM ITS; Zikrul, Sekretaris Jenderal yang selalu jadi “second man” dan siap sedia dalam berbagai hal tentang Wahana Juang, termasuk Jingle Wahana Juang yang aku yakin akan selalu terngiang di kepala tiap orang di Wahana Juang. Salut sama dia, karena dia benar-benar tau batasan becanda dan serius, dan tidak ragu untuk menjadi pembatas tersebut; Aul seorang Sekretaris Eksekutif yang selalu menjadi “Ummi”-nya ummat Wahana Juang, nasihat-nasihatnya selalu menusuk hati dan dia punya cara sendiri untuk heboh dengan siapapun di DWP (Dunia Wahana Pejuang, a.k.a. Sekretariat BEM ITS); Nela sebagai Bendahara Eksekutif yang murah senyum, apalagi kalau mau nagih uang kas senyumnya makin lebar, tapi yang ditagihin kas malah gak senyum. Tetep aja sih kita harus senyum juga ke Nela supaya keuangan Kementerian lancar.

Selanjutnya ada 3 Menko, mereka ini bagaikan pinang dibelah 3, kalau 1 sakit, sakit semuanya, 1 kobam, kobam semuanya. Ada si Aris, Menko “Anjay” Lugri yang pembawaannya tenang, atau mungkin sok tenang. Dari cara bicaranya terlihat kalau dia pernah jadi Ketua Himpunan. Kalau ketemu, biasanya ada 2 pertanyaan yang dia kasih. Pertama, “Kominfo gimana nan?”. Kedua, “Bibib apa kabar nan?”. Perhatian banget emang dia; Ada lagi si Adit, Menko “Koleng” Wahana Berkarya. Kalau ketemu sama dia ketawa mulu, pembicaraannya minimal seputar youtubers dan trend batu akik, waktu itu dia pernah sakit pusing dan diobatin pake akik soalnya, walaupun sakitnya itu gak hilang; Terakhir si Jirjiz, Menko “Kobam” Harmonisasi Kampus yang pembawaannya selalu santai-santai ngefly. Cara dia untuk menyelesaikan masalah yang aku suka. Soalnya kalau diperhatikan dengan seksama, selain gayanya yang terlihat kobam alias mabok, ternyata dia punya sisi bijak juga. Kalau gak percaya, coba aja semaleman nongkrong sama dia di warkop.

Selain mereka bertujuh yang merupakan BPH kabinet, masih ada 26 orang lagi di kabinet yang tidak bisa dideskripsikan satu persatu karena pasti akan terlalu panjang. Setiap dari kami sangat unik dan tidak bisa dijelaskan secara singkat. Menteri dan Sekretaris Kementerian Kominfo (Aku dan Bibib), Hubungan Luar (Kus dan Vio), Inkubator Kajian (Mas’ud dan Yunita) dan Kebijakan Publik (Teja dan Wulan) yang ada di Kemenkoan Luar Negeri. Menteri dan Sekretaris Kementerian Perekonomian (Yahya dan Fafa gede), Sosial Masyarakat (Doni dan Ipeh), dan Riset & Teknologi (Fattah dan Fafa kecil) yang ada di Kemenkoan Wahana Berkarya. Menteri dan Sekretaris Kementerian PSDM (Bassam dan Nadya), Dalam Negeri (Ipang dan Ketut), dan Advokasi & Kesejahteraan Mahasiswa (Apis dan Diana) yang ada di Kemenkoan Harmonisasi Kampus. Direktur dan Sekretaris BSO IECC (Irul dan Luthfi), Direktur dan Sekretaris BSO Vivat Press (Irvan dan Mia), dan Direktur dan Sekretaris BSO Bakor Pemandu ITS (Fandi dan Ambar). Juga ada sahabat-sahabat kami yang pernah berkontribusi untuk Wahana Juang yaitu Egar yang pernah menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri dan Rama yang pernah menjabat sebagai Menteri Kebijakan Publik.



26 Agustus 2017, terhitung tepat 1 bulan yang lalu, Surat Keputusan Presiden BEM ITS Nomor 24 tentang Kabinet Non Aktif dan Nomor 25 tentang Pengangkatan Beberapa Pejabat Definitif Kabinet dikeluarkan. Surat itu yang membuat kontribusiku di Wahana Juang secara resmi terhenti, walaupun secara tidak resmi aku tidak akan berhenti. Surat itu pula yang membuat ceritaku di kabinet terkikis, meskipun belum habis.

Wahana Juang akan tetap berjuang membawa slogan “Juang sama-sama, sama-sama juang!” hingga akhir kepengurusannya. (secara resmi) Tanpa kami, 17 orang yang wisuda 116. Selamat melanjutkan perjuangan Ga, Zik, Ul, Jiz, Ud, Vio, Ja, Wul, Pang, Pis, Don, Peh, Fa, Van, Rul, Fan, bersama dengan para Pejabat Definitif Kabinet. InsyaAllah 17 orang yang sebulan lalu di reshuffle akan tetap ada, meskipun bukan secara fisik. Semoga semua hal yang kita lakukan selalu terhitung sebagai amal kebaikan. Jika kontribusiku di Wahana Juang terhitung ibadah, kelak aku akan bersaksi di hadapan-Nya bahwa kita pernah berjuang bersama dalam ibadah dan kebaikan.

Alhamdulillah aku ditakdirkan bertemu dengan kalian. Selamat, terima kasih, maaf, sungguh maaf, dan semua ungkapan yang tak terucapkan. Sungguh dari lubuk hati, aku tidak berniat untuk meninggalkan. Jikalau tanpa kalian, tahun keempat perkuliahanku hampa, dan aku bukan apa-apa.

Ttd.
Menteri Kominfo BEM ITS Wahana Juang periode Januari-Agustus
Adnan Mauludin Fajriyadi