Setahun Lalu Pendakian Pertamaku
9 Juni 2015
Kekuatan ajaib
Ya, kekuatan ajaib. Alhamdulillah banget selama 2 minggu awal di bulan Juni 2015 itu dikasih kekuatan yang luar biasa oleh Allah SWT. Bayangkan, mulai tanggal 1 Juni saya sudah mulai sibuk dengan persiapan acara besar yaitu YES SUMMIT ITS 2015 ASEAN yang dilaksanakan mulai tanggal 5 hingga 9 Juni.
Kebetulan pada acara itu saya diamanahi sebagai Koordinator seksi acara, artinya selama acara berlangsung saya harus tetap standby di tempat acara dari pagi hari ketika peserta mulai beraktifitas hingga malam hari ketika rangkaian acara pada hari itu selesai. Acara ini dihadiri oleh 55 orang mahasiswa sains dan teknik yang berasal dari dalam negeri dan beberapa negara di wilayah ASEAN. Mereka melakukan konferensi untuk bersama-sama mencari solusi permasalahan dari tema yang kami angkat, yaitu tentang Transportasi, Energi dan ICT. Totalnya acara ini berlangsung selama 5 hari tanpa henti.
Pada acara Closing Night di hari terakhir acara itu tiba-tiba salah satu teman menghubungi saya untuk menanyakan apakah saya jadi ikut ke Gunung Arjuno keesokan harinya. Padahal baru aja mau ambil nafas istirahat karena acara udah mau selesai, baru inget juga kalau udah janjian kalau besok mau berangkat.
“Nan, jadi ikut gak lu besok nanjak Arjuno?”
Ini si Reza yang tiba-tiba nelpon jam 11 malem.
“Wah gue baru banget mau closing acara ini ja. Belom nyiapin apa-apaan sama sekali buat nanjak besok. Gimana dong nih? Gue sih pengen banget ikut”
“Yaudah lu entar balik langsung packing barang-barang pribadi aja. Jangan lupa bawa beras, mie instan, sarden kaleng sama coklat buat bahan makanan bareng. Urusan sewa tenda, sleeping bag, sama matras buat lu juga udah disewain nih sama anak-anak”
Untung punya temen yang bener-bener mengerti keadaan haha
“Seriusan lu? Yaudah entar gue balik langsung siap-siap dah ya”
“Oke nan, ditunggu besok pagi jam 5 kumpul di kosan Idan”
Gokil aja kan, sekarang aja jam 11 malem, belum beres-beres tempat acara, belum packing apapun, sedangkan besok pagi jam 5 harus udah siap buat ngumpul.
Pas udah pulang sampe kosan saya segera packing, berusaha gak ada yang ketinggalan. Tapi karena punya Tas Carrier cuma ukuran 40L jadi harus hemat barang bawaan deh.
10 Juni 2015
Pagi yang cerah
Pagi itu jam setengah 6 saya langsung berangkat ke kosan Idan dengan membawa semua barang bawaan. Pas sampe disana ternyata udah pada siap semua untuk berangkat. Kurang lebih jam 7 kami jalan, tapi pada bingung mau naik apaan biar sampe ke terminal Bungurasih. Untungnya ketemu angkot yang mau di carter ke terminal.
Rencananya kami ingin mendaki melalui jalur Tretes. Dari terminal tadi kami melanjutkan perjalanan naik bus antarkota yang menuju ke terminal Pandaan. Lalu kami lanjut naik angkot ke basecamp pendakian. Disana kami laporan dulu sama penjaganya sambil bayar sejumlah uang, murah kok.
Kurang lebih jam setengah 10 kami mulai perjalanan nanjak. Awalnya sih pada semangat, tapi berjarak beberapa ratus meter saya sendiri udah mulai capek, ya karena maklumlah udah dari sebelumnya 5 hari capek ngurusin acara, sekarang sehari setelah acara selesai langsung nanjak gunung haha
Ternyata track gunung ini bukan cuma pendaki yang berjalan kaki aja yang ngelewatin, tapi mobil Jip juga lewat situ buat bawa belerang atau angkut pendaki yang males jalan kaki. Jalannya pun penuh dengan batu-batu berukuran cukup besar. Kalau kata orang sih kalau udah kalau udah ketemu jalanan begini gak lama lagi akan sampe di Pos 1.
Pos 1 : Pet Bocor
Seger banget pas udah sampe disini, karena bisa istirahat santai sambil ngisi ulang air minum di pipa yang bocor yang ada di sebelah warung. Gaktau juga sih ya, mungkin itu sebabnya nama posnya Pet Bocor (?). Agak sayang juga pas sampe sini soalnya warung yang biasanya dagang makanan dan minuman itu tutup.
Pos 2 : Kokopan
Perjalanan ke pos 2 ini berasa banget, karena jaraknya lebih jauh daripada jarak basecamp ke Pet Bocor. Buktinya air minum yang abis diisi ulang di pos sebelumnya aja udah berkurang banyak, karena diminum terus waktu istirahat di tengah jalan.
Nah pas udah sampe sini kami istirahat agak lama sambil foto-foto dulu deh, soalnya daritadi belum foto bareng haha
Apalagi disini sumber mata airnya lebih besar berupa pancuran jadi bebas ambil airnya. Tapi sayang juga warung yang ada di pos ini juga tutup gak jualan.
Kemudian sekitar jam 5 kami melanjutkan perjalanan, mempertimbangkan langit agak mulai gelap. Takutnya makin lama istirahat malah makin males jalan. Masa mau bermalam disitu, padahal perjalanan masih jauh.
Waktu masuk Maghrib kami sholat dulu di sebuah gubuk di tengah perjalanan. Gubuknya kecil cuma ada atap aja, alasnya tanah jadi harus gantian sholatnya. Selesai sholat kami melanjutkan perjalanan menggunakan senter, cuma saya sendirian yang lupa bawa senter jadi saya posisinya di tengah biar kebagian cahaya juga. Eh tapi.. Udah jalan puluhan meter baru sadar kalau ada satu tenda yang ketinggalan di gubuk tadi. Yah mau gakmau saya berdua balik lagi deh ambil tenda yang ketinggalan.
Malam semakin larut, perut lapar, capek, kaki keram, kepala cenat cenut, galau posnya masih jauh akhirnya kami memutuskan untuk mendirikan tenda di pinggir jalan. Bagi tugas deh, ada yang bikin tenda, ada yang nyiapin buat masak makanan.
11 Juni 2015
Pagi harinya seiring matahari naik ke permukaan kami melanjutkan perjalanan. Tapi sebelumnya sarapan mie instan dulu biar agak kuat dikit. Iya, mie instan doang soalnya menghemat beras biar cukup sampe hari terakhir.
Pos 3 : Pondokan
Dari pagi mulai perjalanan baru sore sekitar jam 3 sampe di pos ketiga. Di tengah perjalanan kesini baru merasakan capek yang bener bener capek, rasanya pengen pulang aja, tapi capek juga kalau mau turun lagi, jadi ya nikmatin aja lah capeknya.
Nah disini baru ketemu warung yang masih buka. Jadi bisa beli makanan sama minuman tambahan buat dibawa di tas. Oiya pos ini dinamakan pondokan karena disini banyak pondok-pondok atau rumah-rumah kecil buat para penambang belerang menyimpan hasil tambangnya. Belerang ini diambil dari Gunung Welirang, persis di sebelah Gunung Arjuno. Gak jauh dari pos ini nanti ada pertigaan kalau ke kiri Arjuno, ke kanan Welirang. Dari pos ini baru deh belerang hasil tambangnya dibawa turun pake mobil Jip yang lewat sepanjang jalan tadi.
Disini banyak pendaki yang istirahat, termasuk 2 orang bule cewek yang naik gunung pake celana pendek diatas lutut. Padahal dinginnya udah berasa banget ini. Beda lah ya tipikal orang Eropa.
Setelah istirahat kami lanjutkan perjalanan ke pos selanjutnya, soalnya udah gak terlalu jauh dan track nya udah bukan bebatuan lagi karena mobil Jip cuma sampe pos ini doang.
Pos 4 : Lembah Kidang
Perjalanan kesini melewati semak-semak yang cukup tinggi. Harus hati-hati juga soalnya ranting-rantingnya kalau ketusuk bisa bolong jaket kami. Beda banget perjalanannya dan cenderung lebih santai namun perlu kehati-hatian yang lebih juga.
Sampai di Lembah Kidang ini ternyata sudah banyak pendaki lain yang bikin tenda. Ya kami ambil sisaan tempat yang cukup buat bikin 2 tenda. Lokasinya emang cocok banget buat singgah bermalam. Di deketnya juga ada sumber air pancuran besar, kalau masuk ke dalem kayak masuk ke goa tapi di sekelilingnya pepohonan.
Kami pun bermalam disini sambil mengumpulkan tenaga untuk muncak (mendaki ke puncak) pada keesokan pagi nya.
12 Juni 2015
Savana 2
Janjian bangun jam 3 tapi masih pada gak kuat buat bangun, jadinya kami mulai perjalanan jam setengah 4 pagi. Dengan udara yang dingin banget, sampe dobel jaket kami berjalan perlahan diantara semak belukar dalam kegelapan pula. Semua barang perlengkapan kami tinggal di tenda. Kecuali satu tas kecil buat bawa makanan, minuman dan tak ketinggalan kamera.
Lalu kami melewati kawasan Savana 2. Disana juga banyak pendaki yang bikin tenda untuk bermalam. Mereka pun terlihat udah siap-siap mau muncak juga.
Setelah ini perjalanan sudah berbeda lagi track nya karena mulai mendaki banget, sesekali pun harus manjat pake tangan. Untung pada bawa sarung tangan jadi enak buat pegangan ke pepohonan.
Fajar mulai menyingsing di lereng gunung, kami pun istirahat sejenak sambil memandang keindahan makhluk ciptaan-Nya.
Setelah beristirahat cukup, kami lanjutkan perjalanan mendaki ke puncak. Dari kejauhan terlihat sebuah tempat yang disebut Pasar Dieng. Tentu bukanlah pasar seperti yang biasa kita lihat. Banyak cerita mistis mengenai Pasar Dieng ini yang kami baca-baca sebelum melakukan perjalanan ke gunung ini. Tentu sebagai manusia yang beriman kita wajib mempercayai adanya makhluk seperti “mereka”, namun alangkah baiknya untuk tidak terlalu melebih-lebihkan seperti takut yang berlebihan kepada makhluk tersebut ataupun sampai memohon sesuatu pada “mereka”.
Di Pasar Dieng ini terdapat 5 makam pendaki yang meninggal dan dikuburkan di area ini. Kami sempat membacakan do’a untuk para arwah beliau semoga tenang di sisi-Nya. Adanya makam di area puncak seperti ini pundapat menjadi nasihat untuk kita bahwa maut bisa datang kapan saja dan dimana saja tanpa bisa dielakkan, yang perlu kita lakukan adalah tetap menjaga ketakwaan pada diri masing-masing karena diciptakannya manusia di alam dunia adalah dengan tujuan untuk beribadah kepada Allah SWT.
Disini kami beristirahat sejenak karena salah satu teman saya mengantuk dan dia bilang mau tidur untuk mengembalikan stamina nya. Alhasil kami beristirahat disini sekitar 2 jam baru kemudian melanjutkan ke puncak, karena dari sini puncak Ogal-Agil sudah terlihat jelas.
Puncak Ogal-Agil
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.Yang menciptakan bumi sebagai hamparan, dan gunung-gunung sebagai pasak. Yang berkat rahmat dan kekuatan yang diberikan kepada kami. Pagi ini yaitu hari Jumat, 12 Juni 2015 kami berhasil mencapai Puncak Ogal-Agil Gunung Arjuno.
Inilah perjalanan pertama saya mendaki hingga puncak gunung, yang ditulis disini hanya perjalanan mendaki saja. Padahal perjalanan turunnya juga banyak kisah yang saya kira harus saya tuliskan agar kenangan ini tidak saya simpan dalam ingatan sendiri. Mungkin lain waktu akan saya sambung lagi.
Terimakasih sudah membaca sejauh ini :)