Alhamdulillah ini pendakian gunung ketiga kalinya, setelah tahun 2015 ke Gunung Arjuno (cerita perjalanannya bisa dilihat di Setahun Lalu Pendakian Pertamaku), lalu tahun 2016 ke Gunung Penanggungan (ceritanya gak ditulis, tapi fotonya ada disini).

Pendakian Semeru ini ada cerita unik yang menjadi latar belakang perjalanannya. Sebenarnya rencana buat mendaki Semeru ini udah diomongin bareng sama tim pendakian Arjuno sebelumnya, tapi karena tanggal yang diomongin gak dapet titik temu akhirnya saya mohon izin mengundurkan diri dari tim dan bergabung dengan tim lain, yang sebenernya tim lain ini juga isinya temen-temen saya semua. Rencana pendakian sama “Tim Arjuno” tanggal 26 Agustus mulai berangkat ke Semeru, tapi akhirnya saya berangkat tanggal 6 Agustus bersama tim yang baru ini, jauh lebih cepat dari tanggal yang saya perkirakan, dan saya sendiri baru konfirmasi ke tim yang baru H-2 sebelum keberangkatan.

6 Agustus 2017

Surabaya

Meet my team! (kalau mau liat orangnya, klik aja tuh nanti masuk ke profil ig-nya)

Tim ini gak punya nama, tapi saya iseng aja kasih nama “Tim Ekstrimis” karena tim ini isinya 5 orang-orang ekstrim wkwk

Sehari sebelumnya janjian ngumpul di warkop yang dateng cuma 3 orang, pas tanggal 6 ini janjian kumpul di basecamp abis isya baru pada ngumpul jam 11an, biasa lah ya manusia. Kumpul di basecamp sambil bawa perlengkapan masing-masing. Setelah semua beres kami segera bersiap memulai perjalanan.

Ohiya kami memulai perjalanan dari Surabaya ke Desa Ranu Pani pakai motor. Kami berangkat pakai 4 motor dan hanya motor saya yang mesinnya matic (Honda Beat orange tahun 2009). Awalnya pada kaget kok saya bawa matic, tapi dengan kekuatan tekad dan keyakinan hati saya ingin mencoba ketangguhan motor ini buat dibawa sampai ke Ranu Pani.

7 Agustus 2017

Perjalanan dari Surabaya dimulai sekitar jam 01.00 WIB dini hari. Mulai dari Pom Bensin Keputih sampai Pom Bensin depan persimpangan Bandara Abdurrahman Saleh di Malang tanpa henti (kecuali lampu merah) memicu kendaraan dengan kecepatan rata-rata 80-90 km/jam. Setelah semua motor terisi bahan bakar kami melanjutkan perjalanan langsung ke Ranu Pani melewati Pasar Tumpang, lokasi pendaki yang menggunakan kendaraan umum mencari kendaraan truk atau jeep untuk ke Ranu Pani. Tetapi perjalanan sempat terhenti pas dikit lagi mau tiba di pos pendakian, karena saya jatuh dari motor (wkwk) entah kenapa pas di turunan berbatu mesin motor mati dan saya gak melihat ada batu besar di depan lalu jatuh di turunan itu. Untungnya motor gakpapa sih, masih sanggup melakukan perjalanan sampai pos pendakian.

Ranu Pani

Kami tiba di pos pendakian Desa Ranu Pani sekitar jam 04.30 WIB setelah kurang lebih 3,5 jam melakukan perjalanan dari Surabaya. Selanjutnya kami Subuhan dulu sebelum beristirahat di pendopo yang ada di pos pendakian.

Ohiya ini penampakan motor saya di pos pendakian Ranu Pani :

Sekitar jam 07.00 WIB loket terlihat sudah siap untuk menerima pendaftaran para pendaki bersamaan dengan suara musik yang diputar di speaker pendopo. Ketua Tim diharuskan melakukan konfirmasi pendaftaran ke loket pendakian membawa persyaratan wajib untuk setiap orang yaitu fotocopy KTP, fotocopy KTM, surat sehat (asli, gak boleh scan atau fotokopi), bukti booking online dan bukti transfer uang.

Mulai bulan Oktober 2018 pendakian Semeru WAJIB booking via online.
- info dari Tim Saver Semeru

Setelah itu ketua Tim diberikan formulir persetujuan pendakian yang isinya ada ceklis perlengkapan kelompok dan pribadi masing-masing anggota. Formulir ini harus ditandatangani dan dibubuhi materai 6000 satu buah. Selanjutnya formulir ini dibawa ke sesi briefing kelompok yang dipandu oleh Tim Saver. Yang menarik dari briefing ini adalah mas-mas nya. Saya rasa dia salah satu komika StandUp Comedy di kawasan Semeru (wkwk) mungkin kalau pembaca ada yang kesana dan ikut briefing bersama mas-masnya pasti ngerti. Sesi briefing memakan waktu hampir 1 jam karena sebelum masuk ke ruangan kami sempat mengantri dulu menunggu giliran.

Secara resmi, pendakian Semeru hanya diizinkan sampai Kalimati. Maksudnya, jaminan asuransi untuk pendaki hanya berlaku ketika pendaki hanya melakukan pendakian hingga ke Kalimati, tapi kalau pendaki ingin melanjutkan sampai puncak gakpapa, dengan catatan segala resiko ditanggung sendiri.
- info dari Tim Saver Semeru

Selesai briefing kami mengisi perut dulu sambil mempersiapkan jiwa dan raga. Sekitar jam 12.30 WIB setelah Zuhur kami memulai perjalanan mendaki Gunung Semeru (yeah!).

-

Pos 1

Ranu Pani - Pos 1 : 1 jam

Tiba di Pos 1 baru kami beristirahat. Sebelumnya mulai berjalan dari pos pendakian gak berhenti sama sekali kecuali untuk ambil foto sebentar di gapura selamat datang itu. Saya aja bingung kok pada kuat ya. Perjalanan dari pos awal sampai ke Pos 1 ini kurang lebih 1 jam. Disini lah pertama kali nyobain buah Semangka yang “turun dari surga” (haha). Memang ya, melihat semangka merah pas lagi capek-capeknya itu lebih menggairahkan daripada melihat yang enggak-enggak (lah?).

Pos 2

Pos 1 - Pos 2 : 30 menit

Pos 2 hanya kami lewati aja karena fisik masih kuat (sok kuat sih sebenernya), baru sampai pertengahan antara Pos 2 dan Pos 3 kami beristirahat sejenak.

Pos 3

Pos 2 - Pos 3 : 30 menit

Di Pos 3 ini kami beristirahat karena lelah sudah amat terasa. Disini juga ada penjual semangka dan jajanan lain, tapi kami masih kuat menahan hawa nafsu jadi ditahan dulu nafsu semangka nya.

Pos 4

Pos 2 - Pos 3 : 1,5 jam

Mendekati Pos 4 sudah mulai pada senyum-senyum nih, soalnya pas briefing tadi dijanjikan sama Tim Saver bahwasannya pas udah mau sampai di Pos 4 para pendaki akan disuguhi pemandangan indah Ranu Kumbolo yang menyejukkan hati. Benar memang, untuk saya yang pertama kali mendaki Semeru, pas melihat Ranu Kumbolo pertama kali itu rasanya pengen langsung lompat dari ketinggian terus nyemplung ke airnya hahaha. Tapi hal itu sangat dilarang sob, kalau sampai kita melakukan itu dan ketahuan sama petugas, bisa-bisa kita di blacklist di pendakian Semeru sampai waktu yang tidak ditentukan.

Di Pos 4 ini kami hanya berhenti sebentar sambil menikmati keindahan pancaran mentari senja yang sinarnya menyusup diantara pepohonan sekitar Ranu Kumbolo. Saya sempat mengabadikan foto panoramanya nih.

Ranu Kumbolo

Pos 4 - Ranu Kumbolo : 15 menit

Ketika banyak pendaki memilih untuk mendirikan tenda dan bermalam di Ranu Kumbolo, tim “Ekstrimis” ini malah memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke Kalimati. Kami mengambil jalur melingkari Ranu Kumbolo, sore itu hanya bisa melihat keindahannya dari kejauhan saja.

Oro-Oro Ombo

Ranu Kumbolo - Oro-Oro Ombo : 15 menit

Setelah berjalan di sekeliling Ranu Kumbolo tibalah diatas bukit yang di depan mata kami terhampar padang savana yang luas, inilah Oro-Oro Ombo. Tinggi semak-semaknya sekitar 175 cm, kalau saya berdiri setinggi kepala saya kurang lebih. Sayangnya karena kami disini waktu petang, makanya pemandangan mulai gelap dan kurang menarik. Disini kami disapa oleh Sang Purnama yang mulai beranjak untuk menempati singgasananya.

Tiba di ujung Oro-Oro Ombo langit sudah gelap, kami memilih beristirahat dulu di api unggun dekat tenda penjual makanan. Sayangnya penjual makanannya tidak ada, jadi kami hanya menghangatkan diri di dekat api sambil membakar Ubi yang dibawa sama Bari. Padahal dia yang beli ubinya, tapi dia sendiri gak yakin itu ubi apa bukan (wkwk). Udah gitu saya sempat makan ubi yang busuk lagi, lumayanlah santapan di alam rimba memang penuh kejutan. Setelah itu kami lanjutkan perjalanan menggunakan senter dan headlamp yang dibawa oleh masing-masing orang. Kami siap melakukan perjalanan malam.

Cemoro Kandang

Oro-Oro Ombo - Cemoro Kandang : 15 menit

Katanya sih nama Cemoro Kandang itu artinya Kandang Cemara, maksudnya di daerah sini banyak banget pohon cemara, udah kayak kandangnya gitu. Perjalanan malam ini terasa berat karena udara yang dingin, jalurnya menanjak terus-terusan, oksigen di ketinggian mulai menipis, dan pandangan mata yang hanya mengandalkan senter. Bahkan salah satu dari kami, si Isbir masuk angin di tengah kegelapan. Akhirnya saya tukeran carrier karena kelihatannya carrier dia lebih berat (bukan kelihatannya, memang bener sih). Perjalanan berlanjut sampai ada diantara kami yang berpikir “kok gak nyampe-nyampe sih?”, ada juga “jangan-jangan kita diputer-puterin sama makhluk di daerah sini, makanya gak nyampe-nyampe”.

Disini memang mental kami teruji. Di sepanjang perjalanan pun kami tidak pernah berpapasan dengan tim pendaki lain, padahal di sepanjang jalur sebelumnya selalu ada saja berpapasan dengan tim lain. Rasanya sudah diujung Cemoro Kandang, padahal jalanan masih terus menanjak dan di dalam kegelapan seperti ini kami tidak bisa melihat apakah diujung sana benar-benar ujung dari Cemoro Kandang atau bukan.

Sampai akhirnya kami berhasil melewati Cemoro Kandang dan disambut dengan cahaya senter dari salah satu tim pendaki yang memilih untuk mendirikan tenda di dekat daerah Jambangan.

Jambangan

Cemoro Kandang - Jambangan : 2,5 jam

Sampai di Jambangan, jalurnya sudah tidak menanjak lagi melainkan padang savana luas. Kata Tim Saver, daerah Jambangan ini adalah habitat hewan Macan Tutul Jawa yang memiliki nama latin Pantera Pardus, hewan ini adalah hewan nokturnal yang artinya aktif di malam hari. Dan kami melewati daerah ini persis pada malam hari dalam kegelapan. Bibir dan hati tak lepas dari menyebut asma-Nya, karena kami yakin Dia-lah yang memiliki perlindungan terbaik untuk kami.

Kalimati

Jambangan - Kalimati : 45 menit

Melewati Jambangan kami masuk ke daerah Kalimati dan disambut oleh teriakan “Oalah mas mas, tak kiro guduk uwong” (oalah mas mas, saya kira bukan orang). Itu kalimat pertama yang diucapkan oleh salah satu pendaki yang tengah mendirikan tenda di Kalimati, mereka menyapa kami sambil tertawa. Disini rasa cemas kami mulai berkurang karena kami telah tiba di tujuan.

Sampai di Kalimati sekitar jam setengah 10an, kami langsung berbagi tugas. Ada yang memasang tenda, ada yang menyiapkan makanan, ada juga yang istirahat karena sakit. Setelah tenda terpasang rapih, makanan habis, kami langsung beristirahat dengan niat awal : NANTI MALAM BANGUN JAM 12 UNTUK MUNCAK. Gila!
Masa seharian langsung sampe puncak sih?

8 Agustus 2017

Ternyata tidak. Kami semua tidur sampai pagi (haha) karena kelelahan seharian kemarin berjalan terus. Pagi ini kami bangun dan beres-beres perlengkapan yang masih berantakan karena semalem asal taruh aja dan langsung tidur. Sempat ambil foto-foto juga buat stok foto profil. Ini saya sempat mengambil foto panorama Kalimati.

Dari sini Mahameru terlihat sangat gagah berdiri di depan kami. Kelihatannya agak mustahil untuk bisa menginjakkan kaki diatas sana.

Mengingat perbekalan air sudah menipis, tiga orang dari kami mengambil air di mata air “Sumber Mani”. Satu-satunya mata air yang dekat dengan Kalimati. Namun perjalanan kesana lumayan menguras keringat, total waktu yang dibutuhkan mulai dari tenda ke mata air terus balik ke tenda lagi kurang lebih 40 menit. Itu juga tergantung di mata air nya ngapain aja sih, kalau saya menyempatkan untuk bersih-bersih badan biar seger, mumpung ada air bersih hehe.

Sore harinya kami menguatkan tekad untuk nanti malam bangun dan “Summit Attack”. Niatnya pada tidur sore, tapi malah pada main kartu, yaudah saya sendiri yang tidur nyenyak malam itu. Jam 23.00 WIB alarm yang sudah diatur berbunyi, tandanya kami harus bersiap-siap diri. Setelah masak air (biar mateng!) dan minum susu jahe yang turun dari surga, kami semua siap untuk “Summit Attack!”. Sekitar jam 23.45 WIB kami mulai berjalan. Bersamaan dengan kami banyak pendaki juga yang sudah siap, kami semua berjalan beriringan dari tenda kami menuju puncak Mahameru!

9 Agustus 2017

SUMMIT ATTACK

Tengah malam kami bertempur dengan jalur yang menanjak, terkadang harus menggunakan tangan supaya bisa meraih ketinggian. Akhirnya kami tiba di Batas Vegetasi sekitar pukul 01.30 WIB. Daerah ini disebut Batas Vegetasi karena setelah ini tidak ada pepohonan lagi, yang ada hanyalah pasir dan bebatuan. Namun ada satu hal yang jadi perhatian kami : “Sepatu Adit jebol!”

Iya, sol sepatunya jebol jadi kami meminta plester dari pendaki lain untuk menambal sepatunya supaya bisa digunakan untuk berjalan. Ini salah satu hal gila juga, saya kira si Adit akan sulit berjalan dan gak mampu sampai puncak dengan kondisi sepatu yang seperti itu. Setelah sepatunya diikat pake tali, diikat berlapir-lapis karet, diplester pake hansaplast plester, kami melanjutkan perjalanan muncak.

Benar apa kata Tim Saver waktu briefing kemarin, bahwa 3 langkah kaki kita akan sama dengan 1 langkah karena yang kita injak ini pasir dan selalu merosot. Rasanya seperti berjalan diatas treadmill, bedanya ini pasir dengan kemiringan sekitar 40 derajat ditambah dengan udara yang dingin. Alhasil setiap berusaha melangkah 6 langkah, selalu berhenti buat istirahat, begitu terus sampai capek dan bosen, bosen karena tak kunjung sampai di puncak.

Di tengah kelelahan kami disapa oleh Sang Mentari yang dengan hangat memunculkan dirinya di ufuk Timur. Rasanya penuh kehangatan ditambah lagi dengan pemandangan lautan awan yang…. Subhanallah!

MAHAMERU

Singkat cerita, kami tiba di puncak Mahameru sekitar pukul 06.30 WIB. Jadi total waktu kami berjalan di lereng pasir itu adalah 4 jam. Rasa syukur tak henti terucapkan baik di mulut maupun di dalam hati.

Dengan izin-Nya kami berhasil menginjakkan kaki di puncak tertinggi Pulau Jawa!

Dengan pemandangan yang Subhanallah, Maha Suci Allah yang telah menciptakan gunung dan alam beserta segala keindahannya.

Saya rasa sudah terlalu panjang saya bercerita disini hehe
Terima kasih untuk pembaca yang sudah merelakan waktunya terbuang untuk membaca tulisan pengalaman saya mendaki gunung Semeru.

- Terakhir,
Ini ada beberapa foto hasil jepretan dari kamera HP saya sendiri, hasilnya gak kalah bagus lah sama kamera-kamera yang canggih hehe

Sebuah kiriman dibagikan oleh Adnan (@adnanfajr) pada