Semarak penghujung tahun Masehi selalu diwarnai dengan kemeriahan di berbagai penjuru perkampungan, perkotaan, hingga seluruh belahan dunia. Mulai dari anak-anak sekolah yang memperoleh jatah libur semester meskipun liburnya hanya 2 minggu, berbeda dengan mahasiswa/i yang memperoleh jatah libur lebih lama, sekitar 1 bulan kalau dihitung-hitung. Para karyawan juga ada yang memperoleh jatah libur dari kantor/perusahaannya, sehingga membuat lalu lintas menuju lokasi wisata mendadak padat merayap dikarenakan hari libur digunakan untuk bertamasya bersama keluarga. Kemeriahan juga terasa untuk para pemburu diskon akhir tahun di berbagai pusat perbelanjaan, tidak kalah meriah dengan pemburu Harbolnas (Hari Belanja Online Nasional) di berbagai situs e-commerce yang memberikan banyak potongan harga untuk barang-barang yang dijualnya, khusus selama akhir tahun. Selain itu, kemeriahan juga dirasakan oleh umat beragama Nasrani khususnya karena ada hari raya yang dirayakan secara rutin di setiap penghujung tahun.

Momen pergantian tahun pun selalu dirayakan dengan meriah. Panggung-panggung hiburan di penjuru kota menjamur, tak kalah dengan panggung-panggung Dzikir Akbar di beberapa tempat. Dari sudut pandang Al-Faqir (penulis), tipe orang pada malam pergantian tahun terbagi menjadi tiga: orang yang memilih untuk beraktifitas yang menyianyiakan diri, orang yang memilih untuk mendekatkan diri dengan Rabb-nya, dan orang yang memilih untuk tidak melakukan apapun (tidak menganggap spesial). Tiga pilihan yang bebas untuk dipilih, dan sesungguhnya ketiga pilihan itu TIDAK menentukan tingkat kesalehan orangnya. Hanya saja orang yang memilih ke majelis dzikir memperoleh satu kebaikan pada malam tersebut.

Ada sebagian orang yang berpendapat bahwa acara dzikir di pergantian tahun itu pun termasuk aktifitas yang sia-sia atau bahkan disalahkan karena sama saja ikut merayakan pergantian tahun dengan menggelar acara. Namun fakta yang sebenarnya terjadi adalah hal sebaliknya, acara-acara dzikir dan tabligh akbar pada malam pergantian tahun tersebut sebenarnya diadakan untuk “menangkal” aktifitas yang dilakukan sebagian orang yang lain. Jika dalam suatu wilayah banyak terjadi kemaksiatan maka bersiaplah azab Allah SWT akan turun ke wilayah tersebut. Dan salah satu ibadah yang baik adalah ibadah yang dilakukan ketika kebanyakan orang sedang sibuk dengan urusannya masing-masing selain ibadah tersebut. Itulah salah dua alasan yang membuat para ulama Ahlussunah wal Jamaah mengajak umat untuk bersama mendekatkan diri kepada Allah SWT agar semakin meningkat ketakwaan dan azab dari Allah SWT enggan diturunkan karena ada sebagian orang yang berusaha mendekat kepada-Nya.

Ada sebuah kisah mengenai himbauan untuk tidak menyianyiakan diri pada malam pergantian tahun yang diceritakan langsung oleh teman saya, dia adalah orang yang terlibat langsung dalam kisah tersebut. Kisah ini adalah tentang karomah dari Shulthonul Qulub Al-Habib Mundzir bin Fuad Al-Musawwa rahimahullah.

Pada waktu itu sedang dalam acara dzikir dan tabligh akbar pada malam pergantian tahun Masehi yang diadakan oleh Majelis Rasulullah SAW di Monas. Ketika acara, ada sebagian orang di sekeliling Monas yang menyalakan kembang api. Beliau (Habib Mundzir) tidak suka dengan adanya kembang api tersebut ketika pelaksanaan acara. Beliau memiliki kenangan buruk mengenai kembang api dan adanya kembang api tersebut kurang menghormati acara yang sedang dilakukan di area Monas ini. Dari posisi duduknya, beliau kemudian mengirimkan pesan SMS ke beberapa orang yang dipercayainya, salah satu yang menerimanya adalah teman saya. Pesan tersebut berisi instruksi untuk mematikan kembang api yang sedang dinyalakan orang-orang di sekeliling monas. Maka berlarilah beberapa orang dari Tim MR yang dikirimkan pesan untuk memburu kembang api yang sedang dinyalakan.

Namun ada keanehan ketika Tim MR menghampiri orang-orang yang menyalakan kembang api dan meminta untuk mematikannya, tiba-tiba beberapa kembang api yang sedang menyala bengkok ke bawah (seperti layu batang tanaman yang tidak dikasih air) dan apinya mati. Lalu kembalilah Tim MR tadi untuk melapor ke Habib. Setibanya di dekat Habib, ada seseorang yang berkata kepada mereka bahwasannya tadi tangan Habib mengepal/meremas berulang-ulang, layaknya meremas kembang api dari kejauhan agar semua kembang api di sekeliling Monas tersebut mati.
MasyaAllah. Wallau a’lam.

Ada sebuah kalam yang mengatakan, “Barangsiapa yang harinya sekarang lebih baik daripada kemarin maka dia termasuk orang yang beruntung. Barangsiapa yang harinya sama dengan kemarin maka dia adalah orang yang merugi. Barangsiapa yang harinya sekarang lebih buruk daripada harinya kemarin maka dia celaka”

Dalam QS. Al-Ashr, Allah SWT berfirman yang artinya, “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”

Dua hal diatas menjelaskan tentang himbauan agar kita tidak menyianyiakan waktu, harta, dan upaya untuk hal-hal yang lebih besar mudharatnya daripada manfaatnya. Jika momen awal tahun Masehi menjadi pemicu semangat, marilah bersama-sama jadikan tahun baru sebagai momentum untuk meningkatkan kualitas diri, bahkan sebenarnya bukan hanya awal tahun melainkan setiap hari kita harus terus meningkatkan kualitas diri, meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT dan Rasululullah SAW.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan petunjuk kepada kita.
Sebagai pengingat untuk Al-Faqir sendiri.
Wallahu a’lam bish-showwaab.